FEATURE: Pendadaran THS-THM Gelombang III Distrik Keuskupan Ruteng di Labuan Bajo
PersSmansa_Tepat
hari Selasa, 4 Juli 2023, penulis berangkat menuju Labuan Bajo. Mobil travel
mengantar penulis ke jantung kota wisata Super premium. Tempat festival Golo
Koe dan Asean Summit 2023 ini, terlihat cantik bersolek seksi, bak gadis remaja
menjelang puber. Infrastruktur bangunan membusung di sisi jalan. Juga, hotel
berbintang seakan tegak mengawal pantai, dengan view eksotik seribu pulau,
dihiasi perahu layar, pinisi, sampan nelayan dan kapal pesiar melayani hasrat para
wisatawan manca negara dan domestik yang sedang pelesir. Ada raungan sirene
bersahutan sekitar dermaga. Di tengah kebisingan lalu lintas, berdiri tegak
Gereja mungil Wae Sambi. Hening. Sepi! Hanya senyum sumringah pastor muda, RD.
Risno Maden, menghias di pendopo pastoran. Pastor paroki, sekaligus tokoh idola
para laskar biru ini, sudah menanti sejak pagi. Ada rasa bangga ketika menerima
undangannya. Saking senangnya, tak sadar langkah penulis nyaris menabrak kursi,
dan sama-sama berteriak menyapa: “Gloria...!!!”
Ada apa di Labuan Bajo? Ada hajatan tahunan. Pendadaran THS-THM gelombang III Distrik Keuskupan Ruteng, diselenggarakan di Kordinatorat Wilayah (Korwil) Labuan Bajo selama 4 hari (6-9 Juli 2023). Kegiatan ini, diawali dengan pembekalan tim pendadar (Rabu, 5/7/2023) di Aula Paroki Maria Bunda Segala Bangsa (MBSB) Wae Sambi. Dalam struktur kepanitiaan, penulis didaulat sebagai penanggung jawab dan narasumber yang harus memberikan pembekalan kepada tim pendadar, sehingga harus nongol lebih awal.
Pendadaran THS-THM adalah sebuah retret panjang. Tim pendadar sama dengan pemberi retret. Sesungguhnya, moment pendadaran merupakan kesempatan emas dan waktu istimewa untuk menyelami mutiara rahasia tentang nilai-nilai rohani, nilai-nilai mistik Yesus, dan prinsip-prinsip kristianitas dari khazanah kekatolikan. Oleh karena itu, “pendadaran”, merupakan proses kaderisasi awam katolik yang sangat baik dan bermanfaat untuk diri, gereja dan bangsa. Istilah Pendadaran, berasal dari serapan bahasa Jawa; “dadar.” Artinya, memasak atau menggoreng telur. Ada 4 tahapan yang dilalui dalam proses dadar, yakni: (1) Memecahkan cangkang telur; (2) Mencampur atau mengaduk dengan berbagai bumbu penyedap rasa; (3) Menggoreng atau mendadar; (4) Menyajikan atau menyuguhkan.
Empat tahapan di atas, memiliki arti simbolis. Pertama, “memecahkan kulit telur.” Secara biblis dihubungkan dengan kisah perjalanan umat Israel Perjanjian Lama (bangsa pilihan Tuhan); dengan refleksi teologis sederhana, menyimbolkan perjalanan hidup manusia lama hingga melepaskan prilaku lama untuk menjadi manusia baru. Kedua, “Mengulek dan memasukan bumbu dapur.” Dihubungkan dengan cara mengolah atau metode pewartaan yang digunakan, dan direfleksikan sebagai strategi pastoral yang kreatif-kontekstual. Ketiga, “menggoreng atau mendadar”, berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan (aksi) di lapangan. Keempat, “menyajikan, menyuguhkan”, melambangkan hasil atau kesaksian yang bermuara pada pembentukan sikap-mental, moral, rohani atau perubahan karakter.
Seperti
diberitakan media sebelumnya, pendadaran ini dilaksanakan dalam tiga gelombang,
di tiga tempat berbeda. Gelombang pertama, untuk Koordinatorat wilayah (Korwil)
Borong, diadakan di Seminari Pius XII Kisol, diikuti 237 orang. Gelombang
Kedua, untuk Korwil Ruteng, dilaksanakan di Pusat paroki Narang, diikuti 118
orang. Dan gelombang terakhir, diadakan di pusat paroki Maria Bunda Segala
Bangsa, Wae Sambi, Labuan Bajo, Manggarai Barat, diikuti 25 peserta. Seluruh
peserta yang didadar tahun ini, dinyatakan sukses menjadi anggota baru,
berjumlah 380 orang.
Pada
misa pembukaan, pastor paroki MBSB Wae Sambi, RD. Risno Maden, selaku Koordinator
Distrik Keuskupan Ruteng, menyapa panitia dan tim pendadar dengan renungan
singkat, sesuai bacaaan hari itu. “Sama
seperti Yesus menyembuhkan orang lumpuh yang terbaring kaku di tempat tidurnya
sejak lama. Demikian juga kita, sebagai murid dan pengikut Kristus, tidak
bertujuan melihat tanda-tanda, atau ingin memiliki kuasa-kuasa dan mukjizat,
tetapi menyembuhkan dan memberi pengampunan yang menyelamatkan, agar semakin banyak
orang memuliakan Allah. Apakah melalui pendadaran THS-THM, semakin banyak orang
memuliakan Allah? Mudah-mudahan, para pembina dan tim pendadar, harus bisa
membangunkan kembali THS-THM labuan Bajo yang telah lama lumpuh dan terbaring kaku
sejak lama ini dan berjalan kembali”, demikian harapan RD. Risno, kepada tim
pendadar, di lantai satu, gereja MBSB Wae Sambi Labuan Bajo, Kamis, 6 Juli
2023.
Selanjutnya, pada Apel Pembukaan, atas nama Pengurus
Distrik Keuskupan Ruteng, selaku pembina upacara, penulis menyampaikan amanat
sekaligus membuka secara resmi pendadaran gelombang III, angkatan 2023, di
Lapangan Bola Kaki, Desa Batu Cermin, Labuan Bajo. Untuk amanat, penulis
menyoroti pentingnya jiwa patriotisme yang militan dan pantang menyerah. “Anda
harus berani menjadi pahlawan untuk diri sendiri, tiap saat. Pahlawan yang
mengalahkan kemalasan. Pahlawan yang siap berkorban. Apa yang anda tanam pada
usia belia ini, akan berbuah pada 30 tahun yang akan datang, dimana kamu akan
menjadi pemimpin hebat.”
Sementara itu, Panitia dan tim pendadar, tergabung
dari tiga korwil, yakni Korwil Borong Manggarai Timur, diwakili oleh penulis
(Kristian Emanuel Anggur). Korwil
Ruteng, diwakili Rofinus Renta (Ranting Narang); Hendro Nakar, Sisko dan Novrem
(Ruteng). Dan Korwil Labuan Bajo melibatkan semua anggota senior (THS: Theo
Laman, Marten, Afend, Aven, John, Aleks, Patris, Iron, Sales, Remy, Obe, Geby,
dan beberapa THM; Florensia, Kory, Ocyk, Arin, Relty dan Ela). Mereka ini yang
berjuang all out, siang-malam tanpa tidur, menjalankan tugas berat baik hujan,
panas terik, maupun menembus gelapnya malam hingga selesai.
Pada amanat penutup, Ketua Korwil Labuan Bajo, Theo
Laman, selaku pembina upacara, menegaskan kembali pesan penting dengan mengutip
pedoman tatalaksana pendadaran: “Pendadaran bagi calon anggota THS-THM, adalah
kesempatan dan peristiwa penting yang merupakan persyaratan mutlak untuk
mengukuhkan dirinya sebagai anggota penuh dengan melewati ujian, rintangan,
tantangan, penderitaan dan air mata serta perjuangan berat menuju pemahaman
yang mendalam demi penemuan diri secara total. Kami telah selesai dengan
kewajiban memberi semua ilmu kapada kamu, dan kamu sudah selesai dengan
kewajiban menuntut dan mempelajari ilmu yang telah kami berikan. Tetapi
ingatlah: Jangan sombong dan takabur. Gunakan ilmu yang kamu miliki untuk
menolong sesama demi kebaikan. Usahakan untuk tidak menegakkan kepala lebih tinggi
dari topimu.” Wejangan Theo Laman, menutup secara resmi pendadaran THS-THM
gelombang III angkatan 2023, sekaligus melepaskan manusia lama dengan pembasuhan
kaki dan pembakaran busana pendadaran di halaman paroki BMSB Wae Sambi.
Pada misa pengukuhan dan pelantikan, RD Risno,
sekali lagi menekankan tugas dan tanggung jawab sebagai anggota THS-THM.
“Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah dari pada-KU. Karena Aku lemah
lembut dan rendah hati.” Sebelum jadi anggota THS-THM, kamu bebas merdeka.
Setelah dilantik jadi anggota resmi, tangan dan kakimu diikat. Kuk telah
dipasang di tengkuk masing-masing. Yaitu, Janji Prasetya. Pertama, apakah kita
bersedia menjadi pribadi yang rendah hati? Kedua, apakah kita berani menjaga,
membela dan mengembangkan nama baik organisasi? Ketiga, apakah kita setia dan
taat sampai mati bagi gereja katolik Roma? Keempat, apakah kita bersedia taat
dan patuh kepada orangtua? Kelima, Apakah kita berani menghayati dan
mengamalkan Pancasila dan Undang-undang dasar 1945?
Ketika seorang THS-THM tidak lagi berpegang teguh
pada Janji Prasetya, maka identitas diri kita akan kabur. Pada akhirnya,
identitas diri kita sebagai murid Kristus juga ikut pudar. ***
Penulis: (Krisna/ Koordinator THS-THM Koordinatorat Wilayah Borong-Distrik Keuskupan Ruteng)
Komentar
Posting Komentar