FEATURE PROFIL: Terpanggil Menjadi Seorang Guru Setelah Menyandang Sarjana

 

Ibu Rodriques K. Tildy, S. Si saat menjadi Narasumber Penguatan Numerasi SMP 12 Satarmese (Foto: PersSmansa)


Waktu saya jatuh cinta menjadi guru saya sudah seorang sarjana. Saya seorang sarjana sains, Matematika Murni, bukan Sarjana Pendidikan. Saya sudah mengajar 2 tahun dan saya jatuh cinta untuk menjadi seorang guru. Demikian Ibu Tildy sampaikan saat dirinya berbincang-bincang dengan tim PersSmansa Narang di ruang tunggu SMP Negeri 12 Satarmese usai dirinya menjadi pemateri dalam Workshop Penguatan Literasi-Numerasi Komunitas Belajar KOMPI 12, pekan lalu.


Rodriques Korbiniani Tildy, S. Si, seorang guru Matematika di SMP Negeri 4 Langke Rembong, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Putri bungsu dari pasangan Bapak Rodriques Efrid (Alm.) dan ibu Donata Lise Hure adalah sosok Guru dengan segudang prestasi dan pengalaman pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik dalam belajar Matematika. Ibu Tildy demikian ia akrab dipanggil.

Pekan yang istimewa bisa bertemu dengan figur yang humble dan penuh ceria. Pagi itu, ketika udara pagi civitas Kompi 12 tidak lagi segar dan baik untuk kesehatan.  Debu-debu vulkanik kiriman dari erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki sangat mengganggu aktivitas pagi itu. Wilayah Satarmese Raya terlihat kabut debu, hingga cahaya mentari pagi terlihat kuning suram temaram memaksa diri mencium bukit Golo Meleng yang menjadi latar SMP pertama di Nusa Tenggara Timur yang mendapatkan label sekolah rujukan Google.

Ibu Tildy memasuki kompleks sekolah dengan penuh keceriaan dan semangat untuk berbagi praktik baik. Dirinya mengisahkan perjalanan dari tempat tugas menuju ke Satarmese sebagai perjalanan yang menyenangkan karena disuguhkan dengan pemandangan landskap yang sangat memanjakan mata. Walau sedikit terhalang oleh abu vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki yang sudah sepekan aktif memuntahkan laharnya, namun menurut putri bungsung dari 4 bersaudara tersebut tetap memberikan sensasi dan memanjakan perjalanannya pagi itu.


A.       Riwayat Pendidikan

Sekitar pukul 10.00 WITA, sebelum tim PersSmansa menyempatkan diri untuk mendengarkan cerita seru dari sosok tersebut, terlebih dahulu kami mendengarkan materi yang beliau bawakan dalam Workshop Penguatan Literasi-Numerasi yakni “Pengenalan Augmented Reality sebagai Media Pembelajaran”. Setelah menunggu lama, waktu untuk berbincang dengannya akhirnya tiba. Ia memulai dengan kehidupan semasa berseragam putih-merah. Ia pertama kali memulai Pendidikan di SDI Cunca lawir pada Tahun 1989 hingga tahun 1995. Setelah lulus Sekolah Dasar, Putri Bungsu dari Alm. Bapak Rodriques Efrid kemudian melanjutkan Pendidikan di SMPK Immaculata Ruteng pada tahun 1995-1998 dan menempuh Pendidikan SMA selama 3 tahun yakni dari tahun 1998-2000 di SMA Negeri 1 Langke Rembong. Pada Tahun 2000 ibu Tildy Kemudian melanjutkan Pendidikan tingginya di Universitas Katolik Sanata Dharma Yogyakarta dan mengambil Jurusan matematika murni. 

 

B.       Riwayat Karir

Tahun 2006 Setelah lulus kuliah sebagai sarjana sains, putri dari ibu Donata Lise Hura memilih bergabung dengan LSM Jeronimo yang berfokus pada Peduli HIV/AIDS. Dalam menjalankan tugas dan kegiatannya Istri dari Florianus Nabat selalu bertemu dengan anak sekolah. Dia bersama tim dari LSM Jeronimo, keluar masuk sekolah untuk melakukan sosialisasi dalam mencegah HIV/AIDS di kota Ruteng.

Pekerjaan tersebut mengantar beliau ke gerbang profesi guru. Puncaknya, di tahun 2007, ketika dirinya mengadakan kegiatan di SMPK Santo Fransiskus Xaverius Ruteng. Dirinya ditawari untuk menjadi seorang guru matematika. Ibu Tildy yang lahir dari rahim ibu yang berprofesi sebagai guru matematika menerima tawaran itu dan mulai menekuni profesi baru sebagai guru matematika. Ia mengajar di SMPK Santo Fransiskus Xaverius Ruteng pada tahun 2007 hingga 2009.

Ia menegaskan menjadi guru tidak cukup dengan pintar saja. Menjadi guru itu harus memiliki kemampuan berinteraksi dengan orang lain, kepemimpinan, berkolaborasi dan bagaimana menuntun anak murid. Dengan memohon restu dari ibunda tercinta beliau melanjutkan Pendidikan Profesi Guru di Universitas Mahasaraswati Denpasar pada tahun 2009 hingga 2010. Di tahun yang sama mengikuti seleksi PNS dan lulus.

Meskipun sudah menjadi Pegawai Negeri Sipil dan mengikuti Pendidikan profesi guru, pengetahuan akan dunia pendidikan baginya belum cukup. Ia mengisahkan, dirinya pernah mengikuti kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran di SMP Negeri 2 Langke Rembong. Dia menceritakan bagaimana dirinya yang bukan menjadi anggota MGMP tersebut tetap mengikuti seluruh rangkaian kegiatan tersebut.

Baginya mengajar adalah sebuah seni. Bagaimana dirinya mengajar matematika yang abstrak biar bisa dimengerti oleh anak muridnya. Hal tersebut mendorong ibu dari Alicia Dian Aurea (Anak Pertama) untuk terus mengasah kemampuan mengajarnya dengan mengikuti program peningkatan kualitas guru di Malang pada tahun 2013. Di kegiatan tersebut, ia betul-betul menyadari bahwa menjadi seorang guru mesti mempelajari banyak hal dan harus mengetahui banyak hal.

Sepulang kegiatan tersebut, ia mempraktikkan semua materi yang ia peroleh dari kegiatan tersebut kepada siswanya dan ia merasa bahwa siswa yang ia ajar bisa memahami matematika dengan mudah.  Kecintaannya dalam dunia Pendidikan tidak batas sampai disitu, ia terus mengikuti program yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan seperti menjadi guru Pengajar Praktik, Fasilitator Angkatan 11 Program Pendidikan Guru Penggerak yang dimana tugasnya memfasilitasi bagi calon-calon guru penggerak dalam pembelajaran daring selama 7 bulan pendidikan.

Selain itu, ibu Tildy juga seorang aktor Awan Penggerak, Kabupaten Manggarai yang tentunya bagaimana menggerakkan orang lain ataupun komunitas lain dalam pembelajaran yang berbasis digital. Beliau juga seorang guru Pamong PPG Mata pelajaran Matematika, kabupaten Manggarai.

Ibu Tildy bersama Finalis Penulisan Esai Kurikulum Merdeka Tahun 2023 Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timur bersama Kepala BGP NTT Bapak Dr. Wirman Kasmayadi (Foto: Dokpri)

C.       Kecintaannya dalam Dunia Pendidikan dan pendapatnya mengenai Guru

Kecintaannya menjadi guru mulai tumbuh ketika ia diminta untuk mengajar Matematika di SMPK santo Fransiskus Xaverius pada tahun 2007-2009.  Menjadi guru di SMPK Fransiskus Xaverius seakan membuka jalan kepada dirinya untuk jatuh cinta dengan profesi yang menurutnya itu harus multitasking. Ia kemudian mengikuti berbagai macam program yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan mulai dari Musyawarah Guru Mata Pelajaran, Mengikuti kegiatan Peningkatan Kualitas Guru pada tahun 2013 yang diselenggarakan di Universitas Negeri Malang, ikut program Pendidikan Guru Penggerak sebagai Pengajar Praktik sebagai bagian dari Program Pendidikan Guru Penggerak yang bertugas mendukung, melatih dan memberikan motivasi serta mengevaluasi dan memberikan umpan balik kepada calon guru penggerak selama 9 bulan pelatihan, kemudian menjadi fasilitator program Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 11.

Kecintaan dalam dunia Pendidikan memberikan motivasi untuk membagikan  ilmu kepada siswanya dengan cara yang baik.  Di Awal menjadi seorang guru, ia pernah mendapatkan gaji sebesar 400 ribu/bulan. Meski dengan gaji yang jauh dari kata cukup, karena atas dasar cinta, ia tetap memberikan yang terbaik kepada siswanya di Sekolah. Baginya menjadi seorang guru itu harus didasari prinsip “Guru adalah Seni”. Guru adalah seni yang ia maksud adalah bagaimana seorang guru mampu menjelaskan dari yang  tidak tahu menjadi tahu.

Ketika kita mengerjakan sesuatu atas nama cinta, pasti kita tidak akan memandang sejauh mana kerjaan itu memberikan tantangan. Cinta akan menghapus segala keraguan dan ketidakpastian dalam menjalankan semuanya. Prinsip-prinsip cinta itu kian dewasa seiring berjalannya waktu pada sosok guru matematika di SMPN 4 Langke Rembong tersebut. ia adalah sosok yang selalu haus akan pengetahuan baru tentang pendidikan, selalu ingin tahu tentang profesi yang sangat mulia itu. Dalam dirinya, cinta akan dunia Pendidikan terus bertumbuh dan menghasilkan buah. Menyebarkan kebaikan, memberikan segala kemampuan kepada “Kekasihnya” itu.


D.      Tips mengajar matematika menurut pandanganya

Jika Sebagian orang matematika itu adalah ilmu yang pasti, tapi menurutnya matematika itu adalah sebuah disiplin ilmu yang abstrak dan fleksibel, ia berpendapat bahwa teori matematika itu ketika dijelaskan secara langsung tanpa memperhatikan aspek dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Menurut ibu dari Machiko Stephanie Andrea (Anak bungsu), Ia merumuskan proses belajar matematika itu diawali dengan bagaimana sosok guru mampu mengubah sudut pandang siswa terhadap matematika itu. Dalam proses belajarnya, peraih nominasi terbaik II dalam menulis esai Merdeka belajar tahun 2023 tingkat provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencoba memperkenalkan matematika dengan manfaat terhadap kehidupan.

Salah satunya adalah memanfaatkan media kain songke dalam proses belajar bangun datar. Pada motif kain songke, ia mencoba menjabarkan transformasi geometri dengan memanfaatkan benang-benang pada motif bunga. Ia menemukan teori posisi, besar dan bentuknya kemudian translasi atau pergeseran, dilatasi atau perkalian, refleksi atau pencerminan dan  perubahan skala. Di motif kain songke ia juga menjabarkan adanya prinsip transformasi geometri yang membahas mengenai memetakan satu per satu menggunakan himpunan titik-titik sebagai input dan titik kembalinya pada output. 


E.       Pesan Kepada Generasi-Z

“Menjadi guru mesti harus multitasking, karena ia harus mampu belajar bercerita, mengarang. Guru itu profesi yang keren karena guru itu bisa menjadi wartawan menjadi orang hukum, dokter dan lain sebagainya” ucapnya ketika ditanya oleh tim PersSmansa tentang pesannya kepada Generasi-Z. Dia menjelaskan lebih jauh bahwa jangan memandang profesi guru itu terlihat dari seberapa besar gaji yang kita dapat, tetapi pandanglah profesi guru sebagai mentor yang mampu menciptakan profesi yang lain (Red *).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BERITA: 107 Calon Guru Penggerak Kabupaten Manggarai telah Menyelesaikan Pendidikan Guru Penggerak

Pesan Bernas Moderator THS-THM Distrik Keuskupan Ruteng Kepada Peserta Pendadaran Sebagai Pelayan Kasih