FEATURE: Gua Maria Watu Tabo Salah Satu Pilihan Berwisata Religi Selain Gua Maria Cingcoleng

 

Gua Maria Watu Tabo, tampak depan (Foto: Dokpri)

Sore itu, setelah menghabiskan beberapa hari liburan bersama keluarga, Penulis terpanggil untuk mengunjungi Bunda Maria yang mendiami bukit Watu Tabo, yang berlokasi di Rejo, Desa Leong, Kecamatan Lamba Leda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur. Gua Maria ini dirintis oleh beberapa tokoh muda yang tergabung dalam komunitas Orang Muda katolik (OMK) Stasi Rejo, Paroki Santo Damian Bea Muring, Kevikepan Borong, Keuskupan Ruteng.

Tidak banyak masyarakat yang mengetahui keberadaan Gua Maria ini. Tidak banyak pula masyarakat pengguna jalan poros yang menghubungkan Borong di Pantai selatan Kabupaten Manggarai Timur dan Dampek-Pota di Pantai Utara mengetahui bahwa setiap perputaran roda kendaraan mereka bisa dipantau oleh DIA yang menghuni puncak Watu Tabo. DIA tersenyum dalam kesunyian ditemani angin meniup dari arah barat Kabupaten Manggarai dan juga ngarai Lelo dengan air terjunnya yang tersembunyi di balik perkebunan kopi warga serta lembah dan hamparan persawahan Wae Wina.  Gua Maria dengan beribu pesona. Di utara Gua Maria ini, pemandangan Laut Flores membentang mencoba memisahkan diri dari langit yang sedikit memutih oleh kumulus.

Di arah pukul 2 sebuah gedung tua di ujung selatan nampak kontras dengan beberapa deretan bangunan baru di belakangnya. Tempat itu tidak asing bagi Penulis. Di sana, sebagian besar masa kecilnya dihabiskan untuk mengenal aksara. Sambil menanti matahari yang masih sekitar sejengkal di atas barisan gunung yang membentang di Cibal bagian timur, Penulis mencoba menelusuri beberapa titik yang tentunya menyimpan segudang kisah bersama gedung tua. 

Bangunan berukuran sekira 5 kali 6 meter bercat putih (itu yang Penulis ingat terakhir kalinya) sudah tidak tampak. Di sana, ada banyak kisah ketika menghabiskan malam ditemani sebuah pelita minyak tanah berjuang bersama rekan kala itu sebelum menuju medan laga adu ilmu. Bergeser sedikit ke barat ada lapangan yang sudah tidak lagi ditumbuh rerumputan karena sudah dimodifikasi oleh kemajuan. Tampak berdebu dan gersang di kaki kapel Stasi yang kian menua dimakan angin barat.

Gua Maria Watu Tabo, tempat yang tepat menikmati Sunrise dan Sunset (Foto: Dokpri)

Kepakan pelepah pisang dari kebun warga sebelah barat Gua Maria mengingatkan Penulis bahwa mentari telah mencium barisan bukit wilayah Cibal, Kabupaten Manggarai. Temaram jingga terlukis hingga ke barisan gunung kota Ruteng. Memancarkan cahaya sendu, seolah mengingatkan pengunjung Gua Maria Watu Tabo, untuk sejenak menghentikan aktivitas karena mentari telah lelah bersinar.

Penulis lalu mengamati kaki bukit Gua Maria Watu Tabo, beberapa pengguna jalan beriringan dengan sepeda motor mengurangi laju kecepatan sambil berbincang yang tidak terdengar jelas membahas apa. Pemandangan yang begitu menakjubkan. Sesekali, Penulis mengatur fokus lensa untuk mendapatkan beberapa gambar tentang Bunda yang mendiami puncak Watu Tabo.

Walaupun desain yang sederhana, namun tampak sentuhan tangan para pegiat devosi kepada Bunda Penolong Abadi itu terekam di sana. Sore itu, tidak banyak yang berziarah ke sana, namun dari cerita beberapa tokoh di sana biasanya pengunjung banyak mengambil waktu untuk mengunjungi Gua Maria Watu Tabo di hari Minggu. Hal tersebut karena sebagian besar warga sekitar adalah para petani perkebunan dan juga persawahan.

Gua Maria Watu Tabo berjarak sekitar 300meter dari poros utama Borong-Benteng Jawa (Foto: Dokpri)

Hari mulai gelap, Penulis bergegas pulang. Cahaya lilin masih menghiasi senyuman Bunda Maria Watu Tabo. Keunikan dan kemegahan Gua Maria itu semakin tampak ketika Penulis semakin jauh dari sana.

Hal itu membuat Penulis penasaran untuk menggali lebih jauh keberadaan Gua Maria Watu Tabo. Dalam perjalanan pulang, Penulis mencoba menanyai beberapa warga yang sedang bercengkrama di depan teras rumah sambil ngobrol santai. Walau cuaca dingin dan berselimutkan songke dengan jaket tebal, tampak mereka dengan gembira merespon Penulis. Mereka bangga memiliki tempat untuk berdevosi. Mereka juga senang ketika ada pengunjung dari luar yang mengunjungi Bunda Maria Watu Tabo.

Penulis lalu menyempatkan diri untuk singgah di rumah Kepala Desa yang juga adalah tokoh umat Stasi keberadaan Gua Maria Watu Tabo. Rumah terlihat sepi. Hanya ibu Kades yang serius melayani beberapa pembeli di warung sembako. Darinya saya mendapatkan informasi bahwa bapak kades dalam perjalanan pulang setelah sehari sebelumnya mengikuti kegiatan seminar di Ruteng.

Sekira lima belas menit kemudian, bapak Kepala Desa Leong itu tiba. Dalam keadaan letih setelah berkendara, beliau menyambut kedatangan Penulis dengan baik. Baginya, keberadaan Gua Maria Watu Tabo bisa menjawabi kebutuhan umat stasi, dan juga umat Paroki Santo Damian agar setia berdevosi kepada Bunda Maria.

Baginya keberadaan Gua Maria Watu Tabo yang sekira berjarak 2 kilometer dari Gua Maria Jari laing ataupun sekira 3 kilometer dari Gua Maria Paroki Santo Damian Bea Muring tentu akan memberikan kemudahan bagi warga sekitar untuk berdevosi pun bagi para pengunjung umat dari paroki lain. 

Menurutnya, Gua Maria Watu Tabo dan juga Gua Maria Jari Laing akan menjadi pelengkap yang tentunya memiliki keunikan tersendiri bagi para peziarah yang hendak mengunjungi Gua Maria Cingcoleng yang berada di Paroki Santo Paulus Benteng Jawa, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur (***)


Penulis: Redaksi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BERITA: 107 Calon Guru Penggerak Kabupaten Manggarai telah Menyelesaikan Pendidikan Guru Penggerak

FEATURE PROFIL: Terpanggil Menjadi Seorang Guru Setelah Menyandang Sarjana

Pesan Bernas Moderator THS-THM Distrik Keuskupan Ruteng Kepada Peserta Pendadaran Sebagai Pelayan Kasih